Sunday, August 31, 2008

Makan daging tikus, krisis pangan dunia ?

Di UN tepatnya UN FAO sibuk sekali membahas tentang topik krisis pangan dunia. Dihubungkan dengan ketahanan negara lah, keamanan global lah bahkan krisis pangan ini dihubungkan dengan terrorisme dan energi segala. Tapi bener gak sih dunia krisis pangan ?


Mungkin lebih tepatnya krisis makanan enak. Ah ini juga gak tepat soanya makanan enak itu relatif. Rujak bumbu ulek menurut saya enak, tapi apakah belahan dunia lain merasakan kenikmakan makan rujak ulek ini ? belum tentu!


Saya pernah nulis disini tentang makanan enak dibelahan dunia lain. Ya waktu menetap di RR Cina, saya melihat begitu banyak makanan yang berkategori di-emohi oleh penduduk negara tertentu tetapi dinikmati di negara lainnya.


Ceker ayam, sebagian negara membuangnya dan hanya dijadikan makanan ternak. Tapi siapa orang di Jakarta yang gak kenal menu makanan dari ceker ayam ?


Bukti bahwa di dunia ini ada beragam makanan dan masing-masing jenis makanan punya “pasar” sendiri.


Beberapa waktu yang lalu media masa Indonesia heboh memberitakan tentang daging tikus yang dicampur kedalam makanan lain. Menurut berita koran, ada bakso tertentu dicampur daging tikus atau daging ayam tertentu dicampur daging tikus. Dan menurut koran juga, yang ini saya kutip dibawah, daging tikus digemari penduduk di Kamboja, Vietnam atau lainnya.


Daging tikus haram ! eit jangan gegabah, tidak ada disebutkan dalam Al Qur’an bahwa daging tikus haram.


Seandainya, ini seandainya loh, tikus diternakan, dipelihara dengan baik, dikasih makan dengan baik, bukan tidak mungkin rasa sate daging tikus bisa mengalahkan enaknya rasa makan sate daging ayam. Seperti halnya enaknya rasa sate daging kelinci.


Terus apakah kita diminta makan daging tikus ? Wah saya gak nyuruh para pembaca untuk makan daging tikus atau makan makanan berkategori aneh menurut anda.


Pernah coba ? Yup. Waktu tinggal di Beijing, saya pernah makan sate yang sangat enak. Sate itu terbuat dari potongan daging kecil-kecil. Karena kecil saya dan teman-teman makan dalam jumlah yang banyak, bisa sampai puluhan tusuk. Sekali pesan bisa 200-an tusuk dimakan rame-rame ditempatnya. Harganyapun murah. Kami biasanya makan diudara terbuka, dimusim dingin. Tukang sate ini mirip tukang sate gerobak di Jakarta yang mangkal di pinggir jalan. Kami duduk berkeliling mengelilingi panggangan sate yang khusus digunakan untuk menghangatkan sate pesenan pelanggan.


Bahasa Cina saya dan teman-teman yang sangat minim, sehingga waktu penjualnya mengatakan jenis daging yang disate, kami menganggap itu adalah sate daging ayam.


Setelah kami melakukan “ritual” makan sate itu selama berminggu-minggu, teman kami yang fasih berbahasa Cina, mengatakan bahwa itu sate daging tikus.


Kutip koran Kompas


Inflasi, Harga Daging Tikus pun Melonjak di Kamboja

REUTERS/Chor Sokunthea

Para pembeli tikus di pasar Phnom Penh.


Jumat, 29 Agustus 2008 | 03:18 WIB

PHNOM PENH, KAMIS - Harga daging tikus meningkat empat kali lipat di Kamboja tahun ini seiring dengan meningkatnya harga-harga daging lain yang jelas-jelas tak bisa terbeli orang-orang miskin.


Dengan inflasi yang melonjak hingga 37 persen, sekilo daging tikus mencapai harga 5000 riel (11.520 rupiah) setelah sebelumnya pernah mencapai 1200 riel. Tikus tanah yang sudah dibumbui bawang di negeri ini begitu populer dibanding sekilo daging sapi yang harganya mencapai 20.000 riel.


Pejabat setempat mengatakan bahwa daging tikus-tikus ini didapat dari area berlumpur di bagian rendah Delta Mekong, sehingga masyarakat dengan mudah menangkapnya. "Banyak anak gembira bisa menjual daging-daging untuk mendapat uang. Sebagian daging mereka simpan untuk keluarga mereka sendiri," ujar Ly Marong, pejabat dinas pertanian setempat.


"Daging-daging ini tak hanya menjadi makanan kami saja, tapi juga dimakan oleh warga Vietnam yang tinggal di perbatasan dekat wilayah kami." Marong memperkirakan bahwa Kamboja bisa menyediakan lebih dari satu ton tikus hidup sehari untuk orang-orang Vietnam.

Tikus juga dimakan kebanyakan orang Thailand. Sementara itu pemerintah India timur bulan ini mengajak masyarakatnya untuk mengonsumsi tikus dalam rangka menghadapi kelangkaan bahan pangan yang terjadi.


Unkutip. –antz-