Friday, March 30, 2007

Jam tangan bergambar Deng Xiao Ping


Ketika saya sedang mencari sebuah tas kecil (di rumah, bukan di pasar) yang kira-kira bisa dipakai untuk menyimpan dan membawa kabel-kabel, adaptor, pena usb, tustel, harddisk eksternal, dan lampu kecil untuk laptop, tidak sengaja saya temukan kembali sebuah jam tangan peninggalan Deng Xiao Ping yang saya beli dari pasar antik Tian Tan di Beijing tahun 1998. Rupanya jam itu, waktu itu, saya selipkan di saku tas kecil yang saya beli juga di sana.

Jam itu buatan Jepang, masih baik, hanya gelangnya sudah rusak. Dalam bak jam itu ada foto Deng Xiao Ping, tulisan kanji : Deng Xiao Ping Tong Zhi dan bendera China.

Kok bisa kebetulan ya….. abis nulis tentang Deng….. eeee ketemu jam yang bergambar Deng. -antz-

Saturday, March 24, 2007

Belajar dari negara lain

Ketika membuka Kompas online, dibagian kotak KoKi ada sebuah bait yang menggelitik, setelah saya klik, isinya memang hhhmmmm

Ini dia :

Dalam kunjungannya ke Singapura dibulan Nopember 1978, Deng Xiao Ping bertemu dengan Lee Kuan Yew. Kesan Lee : "Tinggi tubuh orang pendek ini hanya 4 kaki, tetapi Deng adalah seorang pemimpin besar".

Lee menyediakan sebuah PISPOT (tempat meludah dimana budaya jorok orang China kuno masih dianut oleh kebanyakan pemimpin China ketika itu) dan sebuah ASBAK (kebiasaan buruk merokok ditempat umum) didepan kursi Deng. Demikian pula pada resepsi makan malam bersama, Lee menyediakan juga Pispot dan Asbak. Yang mengejutkan, selama kunjungan itu Deng sama sekali tidak meludah maupun merokok, setidaknya didepan Lee dan para pembesar Singapura padahal Deng adalah perokok berat.

Kata Deng : "Ketika aku singgah di Singapura dalam perjalananku menuju Marseilles (Perancis) ditahun 1920 - Singapura adalah tempat kumuh. Anda telah mengubahnya menjadi indah seperti sekarang. Selamat !"

Jawab Lee : "Terima kasih. Apa yang kami bisa lakukan, kalian akan mampu lakukan lebih baik. Kami adalah keturunan imigran melarat dari China Selatan. Tetapi kalian memiliki para mandarin (birokrat), penulis, pemikir dan orang-orang berotak cemerlang. Kalian bisa melakukannya lebih baik".

Deng termenung memandang Lee tanpa berkata sepatahpun.

Namun dalam perjalanan keliling di propinsi China Selatan, Deng tidak sungkan atau malu, selalu berseru kepada rakyat China :
"BELAJARLAH DARI SINGAPURA !", "LAKUKANLAH LEBIH BAIK DARI MEREKA !".

(The personal Lee, Interview Time Asia)

Zev, saya mencuplik bagian ini untuk arsip di blog saya ya. Terima kasih.

Waktu saya datang ke kota Beijing, Cina di bulan Desember 1995, sesampai di bandara internasional kota itu, bandara tersebut masih jelek dan orang asing yang tidak bisa baca tulisan kanji bisa-bisa tersesat di dalam bandara.

Situasi kota Beijing masih seperti Kota Bandung tahun 1980-an. Jalan rayanya sudah lebar-lebar bahkan ada yang 10 jalur, namun sepi dari mobil yang lewat. Sesekali terlihat mobil mewah Mercedes S-600 milik petinggi partai melintas. Rambu-rambu lalu-lintas di jalan sulit ditemukan yang bertuliskan latin, hampir semuanya kanji. Sehingga orang asing yang tidak bisa membaca huruf kanji tentu bakal tersesat.

Sepeda model tahun 70-an masih sangat banyak dan juga gerobak yang ditarik keledai besar untuk mengangkut bahan pertanian.

Pada saat itu, mencari apartemen yang layak sangatlah sulit dan harga sewanya sangat mahal. Sehingga terpaksa mencari apartemen penduduk yang saat itu masih dilarang untuk disewakan ke orang asing. Saat itu masih dibedakan fasilitas untuk penduduk setempat dengan fasilitas untuk orang asing. Seperti KA, bioskop, apartemen, hotel, tempat konkow dll dengan harga 2 atau 3 kali lipat lebih mahal.

Berinteraksi dengan penduduk setempatpun harus menggunakan bahasa Mandarin, bahasa Inggris tidak dapat dipakai untuk berinteraksi dengan mereka.

Di samping kantor yang lama, sebelum dipindahkan yaitu di San Li Tun Da Jie ada pasar senggol disisi kanan jalan (sekarang pasar senggol itu telah dipindah) dan disisi kiri nya deretan café yang mulai marak bermunculan sekitar awal tahun 1997. Pasar senggol itu layaknya sebuah factory outlet di Bandung, barang bermerek terkenal mudah dijumpai, walaupun keasliannya tidak dijamin.

Tahun 1998 terjadi booming apartemen, sehingga saya dan keluarga bisa pindah dari apartemen penduduk yang apa adanya, ke apartemen yang layak, karena harga sewanya sudah dapat dijangkau.

Saat saya meninggalkan kota Beijing, di pertengahan tahun 2000, kota itu telah jauuuhhh berubah dari saat saya pertama kali menginjakkan kaki di situ. Jalanan sudah mulai macet karena jumlah kendaraan bermotor telah semakin banyak, bandara telah modern dan sangat bagus, gedung-gedung tinggi telah banyak dibangun dan penduduk setempat telah mulai mengenal huruf latin. Rambu lalulintas pun telah ditulis dalam dua tulisan, kanji dan latinnya (pin yin).

Deng Xiao Ping telah memberikan dasar-dasar perubahan China yang spektakuler yang kemudian dilanjutkan oleh Jiang Zhe Min bersama Li Peng (saat itu Presiden dan PM).

Terlepas dari kekuranga mereka, sangat pantas ditiru adalah komitmen para pemimpin itu dalam memajukan negara. Mereka memberi keteladanan yang sangat bagus terhadap apa yang ingin dicapainya.

Dalam kurun waktu itu saya menyaksikan komitmen dan teladan yang baik dari para pemimpin negara dalam memberantas budaya (yang katanya) jorok, mensosialisasikan tulisan latin (buku adalah jendela dunia, bahasa adalah pintunya), memasyarakatkan hidup sehat dan bersih, memberantas korupsi dll. Sehingga saat hari jadi China yang ke-50 (1 Oktober 1999), negara itu telah dikenal sebagai NAGA YANG TELAH BANGUN DARI TIDUR PANJANGNYA.

BELAJARLAH DARI NEGERI CHINA !, LAKUKANLAH LEBIH BAIK DARI MEREKA !, mungkin suatu ketika akan diserukan oleh Presiden RI (entah siapa), sehingga suatu ketika (juga) INDONESIA GEMAH RIPAH LOH JINAWI akan menjadi kenyataan. -antz-

Monday, March 19, 2007

Damai di dunia


Bila ingin damai, bersiaplah untuk berperang !
Bila ingin berperang, bersiaplah untuk damai !
Ingin hidup aman dan tenteram, perkuatlah pertahanan dan keamanan.

Sunday, March 11, 2007

Banyak acara tapi kosong

Many channels but nothing to watch, itulah yang diungkapkan oleh para pengamat TV di dunia. Tentu masih teringat 3 dekade lalu saat saluran TV hanya ada satu, sehingga ketika program acara yang ditawarkan tidak kita sukai maka pilihannya adalah matikan TV.

Kini di era HDTV dan TV flat, saluran TV dari berbagai Perusahaan siaran TV sangat banyak dan beragam. Sehingga pilihan acaranya pun sangat banyak, tidak lagi ditonton atau dimatikan. Namun dari sekian banyak pilihan acara, hampir semuanya bermuara pada acara yang dikemas dengan bentuk hiburan yang “kosong”.

Dan dari hasil rating acara TV, memang acara yang dikemas sebagai hiburan kosong lah yang paling digemari. Siaran Berita yang digemari adalah berita kriminal yang sangat detail atau informasi para selebritis yang sedang dilanda kekacauan hidup atau berita negatif lainnya. Talk Show yang digemari adalah talk show yang tidak serius. Kuiz yang digemari adalah kuiz yang ringan dengan hadiah spektakuler, dan sebagainya

Acara hiburan yang ditampilkan serius seperti konser, acara pendidikan, berita pembangunan atau hal-hal positif, memperoleh rating sangat kecil alias tidak digemari pemirsa.

Mencermati fenomena tersebut, tentunya nasehat Dale Carnegie sangat bermanfaat : “bila anda ingin sukses, langkah pertama adalah matikan TV”. -antz-

Tuesday, March 06, 2007

Satria berkuda



Gambar patung ini mengingatkan saya dengan film Benhur. Film tentang seorang satria jujur melawan satria curang (gaya cerita klasik). Mereka berlomba (atau bertempur ya ?) di lapangan yang disebut Circo Massimo. -antz-