Tuesday, July 17, 2007

Aman itu indah



Mobil-mobil itu dapat dengan tenang dikendarai dalam keadaan open cap, juga ada mobil yang terparkir dalam keadaan open cap ! Waw ……

Itu hanya dapat dilakukan bila kota tersebut aman !

Yang pasti itu bukan di kota-kota di Indonesia atupun di Italia. Sungguh luar biasa pemerintah negara itu, sehingga bisa membuat warganya disiplin dan taat peraturan. Hasilnya, lingkungan yang aman, segar dan nyaman, indah bukan ???

Monday, July 16, 2007

Membeli sesuai kebutuhan


Inilah telepon seluler milik saya, kuno ya ?! Saya bertahan dengan telepon seluler itu selama 6 tahun. Berusaha bertahan dari membeli karena “lapar mata”. Sampai saat ini saya masih berusaha membeli gadget hanya yang sesuai dengan kebutuhan, bukan sesuai dengan banyaknya uang yang ada di kantong.

Saya adalah karyawan dengan kebutuhan telepon seluler hanya untuk bertelepon dan ber-sms. Jadi saya berusaha tidak ikut-ikutan memperebutkan iphone yang baru muncul dan diantri berjam-jam oleh penggemar gadget teranyar di hari pertamanya muncul di pasar. (ini salah satu alasan resmi, alasan aslinya sih gak punya uang lebih untuk beli gituan ha ha ha ha ha, masih ada prioritas lain)

Aahh …… jadi ingat, dalam PNS kan berlaku “yang penting ada anggarannya ! Apakah pembelian barang itu bermanfaat atau tidak, efisien atau tidak itu urusan belakang.”

Misal bos eselon sekian membutuhkan notebook, dan anggaran yang disediakan katakanlah 4,000 dolar AS. Ya belilah yang seharga itu ! Walaupun untuk kebutuhan bos yang misalnya hanya untuk ber-internet, mencek e-mail, presentasi dan office / kesekretariatan ada notebook yang cocok seharga 700 dolar AS.

Juga ada pemeo “kalo masih ada anggarannya, kenapa musti dihemat” akhirnya pemborosan di sektor atk, listrik, telepon, air, pemeliharaan gedung ataupun pembelian inventaris. Nanti begitu ada barang atau aset kantor yang benar-benar rusak, anggarannya tidak ada karena sudah habis.

Tidak kalah populernya adalah “studi banding dan sosialisasi” ke luar negeri. Biasanya dua kegiatan itu kalau normal paling banyak 4 orang, namun dengan semangat “ada anggarannya” maka jumlah pesertanya bak pemain bola kesebelasan yang mau latih tanding, bukan dilapangan bola, tapi di butik-butik terkenal di luar negeri. (eit jangan sinis gitu donk… mereka juga manusia !)

Susah memang menahan diri untuk hanya membeli yang dibutuhkan dan mengambil hanya yang diperlukan …… mata ini selalu lapar ! pantas Rasululloh secara berulangkali memberi contoh untuk hanya makan disaat lapar dan berhenti sebelum kenyang.-antz-

Wednesday, July 04, 2007

Pilkada DKI Jakarta

Sebetulnya saya bukan pengamat politik, apalagi ahli politik atau politikus. Namun Pilkada DKI Jakarta terlalu menarik untuk dilewatkan dari pengamatan. Apa menariknya ?

Dalam Pilkada DKI ada 2 pasang calon Gubernur dan Wagub yang merupakan kondisi ideal sebagai pemilihan a la demokrasi (made in barat). Salah satu pasangan calon adalah dukungan dari 20 Partai, sedangkan yang sepasang lagi hanya dari satu partai.

Analisa gampangnya : kalau pasangan calon yang didukung 20 partai menang, apa yang terjadi ? Tentunya (ini jelas akan dibantah oleh ybs, walaupun dilakukan oleh ybs) akan ada “imbal jasa”. Ya, akan ada permintaan kepada Si Terdukung (Gubernur dan Wagub) yang menang untuk memberikan “jatah” jabatan atau apa saja yang sepadan karena dukungannya tersebut. Lha wong sudah mendukung kok gak dapet apa-apa. Kan gitu logikanya.

Kalau pemerintahan daerah disopiri oleh pejabat-pejabat yang duduk di jajaran Pemda hanya berupa balas jasa, apa yang akan didapat oleh DKI Jakarta dan warganya ?

Saya bukan pendukung PKS yang mencalonkan Cagub dan Wagub sendirian. Tapi saya hanya berfikir secara logis dengan asumsi pengalaman demokrasinya Indonesia. Dimana bagi-bagi “jatah” kepada orang-orang yg telah mendukung adalah hal yang biasa.

Secara teori akan jauh lebih baik pemerintahan daerah yang dilakukan oleh Cagup dan Cawagub dukungan satu partai dari pada 20 partai. Karena tentu kader yang disiapkan menduduki jabatan tertentu bisa dicari yang profesional baik dari kalangan partainya sendiri maupun non-partai. Bila didukung oleh 20 partai tentu minimal akan ada 20 jabatan yang harus diberikan kepada ke-20 kader partai pendukungnya itu. Ini tentu mempersulit menentukan apakah kader itu profesional atau tidak.

Tentunya semua kembali berpulang pada warga DKI Jakarta yang akan menentukan pilihannya nanti. Walaupun diantara kedua calon tersebut tidak ada yang sangat istimewa, namun memilih yang terbaik diantara keduanya adalah sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin dapat kita elakkan.-antz-