Saturday, August 13, 2011

Step pertama Buenos Aires

Hari Minggu 17 Juli 2011 sore hari waktu Buenos Aires atau Senin 18 Juli dini hari waktu Jakarta, setelah perjalanan cukup jauh dengan total 34 jam akhirnya kami sampai di Ministro Pistarini International Airport Argentina.

Aroma Latin langsung terasa, bahasa Spanyol dimana-mana tanpa ada bahasa Inggrisnya, orang-orang Argentina sepertinya hanya mau berbicara dengan bahasa Spanyol. Untungnya karena pernah mendengar bahasa Italia, sehingga bahasa Spanyol masih bisa "terdengar" ditelinga saya he he he terima kasih untuk pos sebelumnya.

Udara masih dingin sekitar 6-10 derajat celcius dan sangat kering, sehingga kami harus memakai 2 jaket sekaligus dan juga krim kulit supaya kulit tidak busik dan pecah. Untungnya tempat kami menginap cukup hangat.

Kami sempat jalan-jalan melihat Obelisco, sebuah monumen batu ditengah kota Buenos Aires, kemudian Istana presiden, gedung berwarna ungu. Hari terakhir kami di Buenos Aires, tuan rumah mengajak kami untuk melihat Tango, tarian khas Amerika Latin di sebuah restoran bernama Moderno Tango.

Restoran Argentina menyajikan daging sapi bakar yang sangat enak. Daging sapi yang hanya dibakar tanpa bumbu tapi luar biasa empuk dan enak. Perbedaan makan di Jakarta dan di Buenos Aires adalah, kalau di Jakarta makanan utama adalah nasi dan lauknya secuil daging sapi, di Buenos Aires, makanan utamanya adalah daging sapi dengan jumlah sekitar 600-800 gram, sementara karbohidrat bisa dipilih antara bubur kentang, atau kentang goreng, atau singkong rebus. Singkongnya berbeda, lebih lembut seperti madu.

Jam 19.00 kami sampai di restoran Moderno Tango, disana terlihat meja-meja bundar yang dibagian tengah depan ada panggung yang disesain seperti perumahan padat khas Amerika Latin. Seraya memesan makanan kami ditawari untuk berfoto bersama sepasang penari Tango dengan membayar 68 peso atau sekitar 30 dolar AS. Harga yang membuat kami mengucapkan "no gracias".

Setelah makanan utama habis, sekitar jam 21.00 para penari Tango dan penyanyi mulai beraksi mementaskan sebuah cerita yang kurang saya pahami karena berbahasa Spanyol. Ada 5 pasang penari dengan usia rata-rata 30-40 tahun, penyanyi pria dan wanita malah mungkin usianya sudah diatas 45 tahun. Penari dan penyanyi yang kalau di Indonesia sudah kurang "menjual" he he he he. Saya akui walau sudah berumur, mereka sangat lincah dan antusias penonton pun sangat besar. Oh ya.... pengunjungnya rata-rata keluarga, pasangan yang usianya diatas 30-an dan tidak terlihat pengunjung muda.


Wednesday, April 21, 2010

I'd put my spirit to the test

Reach by Gloria Estefan

Some dreams live on in time forever
Those dreams, you want with all your heart
And I'll do whatever it takes
Follow through with the promise I made
Put it all on the line
What I hoped for at last would be mine

If I could reach, higher
Just for one moment touch the sky
From that one moment in my life
I'm gonna be stronger
Know that I've tried my very best
I'd put my spirit to the test
If I could reach

Some days are meant to be remembered
Those days we rise above the stars
So I'll go the distance this time
Seeing more the higher I climb
That the more I believe
All the more that this dream will be mine

If I could reach, higher
Just for one moment touch the sky
From that one moment in my life
I'm gonna be stronger
Know that I've tried my very best
I'd put my spirit to the test
If I could reach

If I could reach, higher
Just for one moment touch the sky
I'm goona be stronger
From that one moment in my life
I'm gonna be so much stronger yes I am
I've tried my very best
I'd put my spirit to the test
If I could reach
If I could, If I could
If I could reach
Reach, I'd reach, I'd reach
I'd reach' I'd reach so much higher
Be stronger

Thursday, March 04, 2010

Kepercayaan itu diberikan, bukan diminta

Ada orang minta dipercaya. Bahkan melalui voting !!??
cape de

Tuesday, February 23, 2010

Wejangan Mario Teguh hanya untuk orang yang ingin menjadi baik

Inilah wejangan bapak Mario Teguh di Twitter yang menyulut pro kontra utamanya dari para “pejuang gender” (apa ya arti pejuang gender itu):

# Pada akhirnya kita harus memilih wanita yang baik untuk istri, pria yang baik untuk suami, dan membangun keluarga yang baik.

# Jodoh itu di tangan Tuhan. Akan lebih baik jika kita periksa apakah kita mempersulit orang yang ingin memperjodoh kita.

# Wanita yang pantas untuk teman pesta, clubbing, begadang sampai pagi, chitcat yang snob, merokok dan kadang mabuk, tidak mungkin direncanakan jadi istri.

# Hidup berbahagialah dengan istri anda yang baik, atau suami anda yang anggun. Tidak ada kebahagiaan selain kebaikan. (detik.com)

Tulisan yang dimerahi itulah yang dikutip dan dipakai untuk berpolemik. Entah disebut bias gender lah, wanita sebagai objeklah, patrialislah, dan lainnya yang mirip-mirip itu.

Tapi bila kita bertanya pada hati kita: gundah gak sih bila kita menjadi orang tua dari seorang putri yang senang clubbing, chitchat snob, dugem sampai pagi, gunta-ganti pria ke pesta gak jelas, mabuk atau merokok ?

Yang jelas saya dan isteri saya pasti akan memberikan nasehat, “Nak jadilah wanita yang baik, sehingga pantas mendapatkan jodoh seorang pria yang baik sebagai pasangan”. Ingat kan nasihat orang tua dahulu dalam hal jodoh “bobot-bibit-bebet” !

Jangan lupa saat kita mencari jodoh pun secara tidak sadar kita menerapkan bibit-bobot-bebet.

Jika ternyata ada pria yang mejadikan wanita seperti itu sebagai istrinya, kemungkinannya adalah pria tersebut kurang lebih sealiran dengan wanita itu, atau wanita itu adalah wanita yang tidak direncanakan, tetapi karena suatu “kecelakaan” akhirnya menjadi istrinya. -antz-

Monday, February 08, 2010

Mahesa Kebo

Tahun 2010 adalah tahun macan. Tapi tahun ini ternyata diawali dengan kiprah kebo yang lebih moncer. Maklum Kebo kan makanan macan.

Ada komik unik di MI :

Friday, September 04, 2009

Seandainya aku dapat 6,7 triliun rupiah

Bank Century adalah bank kecil yang saat ini sedang naik daun. Bukan karena prestasinya yang keren atau menjadi juara diantara para bank. Menjadi terberitakan di koran karena gak jadi ambruk gara-gara ditolong oleh tangan Malekat. Malekat itu memberi Rp 6,7 triliun atau 6.700 milyar.

Kalau bank Century ambruk sih sebetulnya gak bakalan heboh-heboh amat, karena kita memang sudah biasa mendengar bank nasional ambruk. Apalagi Century cuman bank kecil. Yang menghebohkan itu adalah jumlah dana yang Malekat kucurin buat nolong, 6,7 triliun cing!

Coba kita bayangkan uang 6,7 triliun itu seperti apa.

- Jakarta Post hari ini 4/9/09 menyetarakan uang itu bisa membeli 15 buah Sukhoi SU-30 fighter jets, atau 2 buah Sub-Marines Kilo-Class buatan Rusia, atau bisa dipakai untuk menyelesaikan monorail yang belum jadi di Jakarta dan malah bersisa; atau

- Bisa dipakai untuk membangun jembatan Suramadu satu lagi; atau

- Bisa dipakai beli 13.400 buah mobil Toyota Camry yang bakal dijadiin mobil dinas para pejabat eselon I se Indonesia; atau

- Bisa dipakai untuk membuat sekolah dasar se Indonesia gratis beneran (bener-bener ortunya gak keluar duit gitu loh); atau

- Bisa dipakai untuk memberi rumah yang layak (harga 100 jt) bagi 67.000 guru; atau

- Teman saya bilang kalu dibelikan bakso bisa menenggelamkan pulau Jawa, tapi nyatanya gak jadi tenggelam karena semua tukang banksonya kelenger karena gak sanggup bikin sebanyak itu.

- Ada lainnya ?

Monday, August 31, 2009

Tanah subur, kenapa impor ya ?

Membaca berita di Kompas akhir-akhir ini tentang berbagai impor bahan pangan, saya jadi teringat lagu Koes Plus tahun 70-an yang liriknya seperti ini :

Bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu

Tiada badai tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.

Ya, tanah air kita-Indonesia memang subur dari dulu sampai sekarang, sehingga membuat ngiler para penjajah untuk membuat koloni di tanah air kita. Bayangkan tongkat dan batu jadi tanaman, ikan dan udang menghampirimu. Kail dan jala bisa menghidupimu !

Tapi itu duluuuuu. Seiring dengan waktu, walaupun tanah kita tetap subur, tapi kalo tidak digarap dengan baik ya akhirnya kita harus impor kedele, beras, gula, jagung, daging, bahkan air minum.

Ironis sekali ya.

Lautan, danau dan sungai sudah dikaplingi, ditumbuhi rumah-rumah ilegal, jadi tempat pembuangan sampah akhir dan kalau perlu dijadikan daratan. Jadi boro-boro menghampiri, ikan dan udang malah mati gak bisa hidup. Kalau sudah begitu apakah kail dan jala masih bisa menghidupimu ?

Tanah nganggur pasti dilirik untuk dijadikan area bisnis (toko atau mall gitu loh), minimal diaspal atau diplester semen. Kayu dan batu bukan jadi tanaman, tapi jadi bangunan la yaw.

Kalau masih nekat jadi petani atau nelayan, siap-siap saja hidup kere dan miskin terjerat tengkulak, hutang, mafia, pungli dan biaya hidup yang untuk hidup sederhana saja susah. Gimana mau produksi hasil pertanian berkualitas tinggi dengan harga murah ? Kalau jalur distribusi dalam negeri begitu mahal, harga pupuk dan mesin pertanian mahal dan hari panen adalah hari anjlognya harga.

Dalam acara Mario Teguh Golden Way, dikatakan bahwa bukan besar kecilnya batu yang bisa melukai, tapi kecepatan dan ketepanan lemparannya. Dengan kata lain orang yang melakukannyalah yang menentukan bukan batunya.

Begitu juga dengan tanah air kita-Indonesia, bukan subur atau tidak tanahnya, tapi penduduknyalah yang menentukan gemah ripah loh jinawi atau tidaknya. -antz-

Tuesday, August 18, 2009

Kaget tiket PNS seharga seratus juta rupiah

Hari jumat 14/8 yang lalu saya baca artikel di Kompas berjudul "PNS" oleh Jaya Suprana. Diceritakan bahwa beliau terkejut atas masih adanya adat istiadat pungli atau uang pelumas untuk menjadi PNS (pegawai negeri sipil alias pegawai pemerintah). Apalagi disebutkan angkanya seratus juta rupiah.

Saya sebagai PNS juga terkejut.

Kenapa ?

pertama, yang menceritakan kejadian masuk PNS dengan uang pelicin itu adalah Jaya Suprana, seorang tokoh yang tentunya tidak akan bercerita ngarang. artinya kejadian itu ada.

kedua, seratus juta rupiah untuk menjadi PNS sangat tidak masuk akal. setidaknya buat saya. karena sebagai PNS tok (maksudnya gak punya bisnis sampingan dan tidak tugas keluar negeri) untuk mendapatkan uang seratus juta rupiah itu membutuhkan waktu bertahun-tahun menabung dengan kesehariannya menganut asas hemat.

saya tidak mengada-ngada, lihat aja tabel gaji terakhir terbitan tahun 2009. untuk seorang PNS dengan jabatan fungsional tertentu dengan golongan IV-e masa kerja 32 tahun (ini udah paling top) digaji pokok rp. 3.400.000,- katakanlah total penghasilan sekitar 8 jutaan rupiah per bulan. nah gimana yang golongannya lebih rendah dan tahun pengabdiannya lebih sedikit. pastinya penghasilannya lebih kecil kan.

kawan saya bilang, eit jangan boong! jangan sok suci lu ya! banyak tuh PNS yang bisa punya rumah mewah, mobil keren, tanah bejibun, kebon berhektar, bisa sekolahin anak di luar negeri hanya dengan bea siswa ortunya yang PNS.

hhmmmm... saya juga gak begitu tau nih. mangkanya saya kaget baca artikelnya pak Jaya yang bilang ada seseorang yang rela keluar seratus juta rupiah untuk jadi PNS. karena saya sendiri gak pernah tuh dipalakin uang saat masuk PNS. dan di departemen saya juga kayaknya gak bisa tuh pake pelicin, karena pake e-proc.

menurut pengalaman saya, PNS yang bisa seperti itu tentunya cuman sedikit dari total jumlah PNS yang mayoritas hidup pas pasan. Kalo anak si bapak yang nyogok seratus juta rupiah itu sudah jadi PNS apakah bisa dijamin dia menjadi segelintir PNS yang bisa menghasilkan 100 juta rupiah per bulan ?

Kalo saya sih mendingan dipake bisnis aja.-antz-

Friday, August 14, 2009

Mereka membayar harganya

Sabtu sore yang panas, Johan diminta oleh sahabatnya Made Sitanggang untuk gantiin dia "melihat" orang sukses berbicara di Hotel Ma Erot. Katanya tiketnya udah dibeli sayang kalo gak dipake.

Tadinya Johan ogah-ogahan datang ke Hotel Ma Erot, tapi ternyata orang-orang sukses itu memberikan testimoni (ini artinya apa ya ?) tentang kesuksesannya dengan sangat menarik. Tanpa sadar Johan mencatet inti omongan mereka yang kira-kira salah satunya seperti ini :

Pada awalnya -sebelum mereka sukses- mereka bekerja lebih keras dari orang kebanyakan.
Sambil memperlihatkan grafik kerja efektif orang kebanyakan yang hampir sama rata misalnya bekerja efektif 20-30 jam seminggu. Kemudian memperlihatkan grafik kerja efektif orang-orang yang sukses (maksudnya yang seperti mereka gitu loh) yang jika disandingkan grafiknya menonjol cukup signifikan, karena mereka kerja efektif sekitar 60-70 jam seminggu.

Mereka kasih contoh aktor laga Jet Li yang sudah berlatih Wu Shu sejak umur 7 tahun dan terus menerus berlatih. Juga bintang tenis putri Steffi Graft yang sebelum masa jayanya terus menerus berlatih walaupun tidak sedang menghadapi pertandingan. Dan para bintang dunia lainnya.

Para bintang itu berani berkorban menunda waktu bersenang-senangnya untuk terus berlatih mengasah kemampuannya. Bahkan sering mereka mengorbankan waktu untuk lebih lama bersama orang yang dicintainya atau waktu untuk menekuni hobinya. Mereka juga berjuang mengatasi rasa jemu dan malas dalam jiwanya.

Untuk mencapai sukses, mereka berani membayar harganya. Harga yang tidak hanya berbentuk uang, namun juga hati dan pikirannya.

Bila seorang atlet hanya berlatih saat akan ada pertandingan, tentunya si atlet tidak akan pernah menjadi seorang bintang kelas dunia.

Friday, February 20, 2009

Jombang emang moy

Setelah sekian tahun lamanya para peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui asal muasal Gundala Putra Petir, tokoh superhero komik lokal yang ngetop di tahun 1980-an, akhirnya diketahui juga bahwa si Gundala ini ternyata kelahiran Jombang Jawa Timur.

Bukti penelitian itu terkuak saat si Gundala menitis pada sebuah batu sehingga batu itu menjadi sakti. Gundala menitis ke dalam batu yang berada di dekat seorang anak bernama Pacari Suet yang jika dilihat oleh orang biasa seperti sambaran petir (namanya juga Putra Petir). Karena berisi Gundala batu itu menjadi sangat luar biasa.

Demikian bunyi laporan Profesor Markel, peneliti utama dari Universitas Klenik Musrik, yang disiarkan beberapa hari lalu dalam media masa lokal dan nasional.

Berita terakhir diketahui ternyata Gundala Putra Petir punya saudara kembar seorang perempuan yaitu Gundawati Putri Petir yang juga ikut menitis kedalam batu yang sedang digenggam oleh Dewi Kahyangan. Batu itu juga sama menjadi sakti seperti kembarannya.