Sunday, May 06, 2007

Bulannya pendidikan

Bulan Mei ini memang bulannya pendidikan. Alasannya ? karena di bulan ini ada peringatan hari pendidikan nasional dan ada peringatan hari kebangkitan nasional, yang bangkit karena orang-orangnya terdidik. Juga ada hari buruh sedunia, dimana orang-orang itu menjadi buruh karena pendidikannya. Kemudian isteri saya ulang tahun di bulan ini (hubungannya apa ya?)

Peringatan hari pendidikan demi peringatan hari pendidikan terus dilakukan, setelah itu ???

Beberpa bulan yang lalu saya membaca berita di Kompas dengan judul “Wapres : mutu pendidikan SD / SMP sekarang rendah”. Kira-kira yang disebut “sekarang” oleh Wapres JK itu kurun waktu kapan ? Karena pada tahun 1997 tokoh-tokoh nasional juga sudah menyebutkan bahwa mutu lulusan perguruan tinggi Indonesia termasuk rendah. Terus dulu lagi dan lebih dulu lagi juga pernah disebutkan hal yang sama oleh orang yang berbeda.

Saya teringat waktu SD kemudian SMP dan juga SMA, saya termasuk siswa kategori payah untuk pelajaran “hafalan”. Maka waktu SMA dulu, saya ambil jurusan A1 (jurusan fisika) bukan untuk gagah-gagahan, tapi karena jurusan itulah yang tingkat hafalannya lebih sedikit (setidaknya menurut ukuran saya).

Juga dulu (nostalgia nih) saya termasuk siswa dengan ranking tidak pernah 10 besar. Satu-satunya ranking terbaik saya adalah ranking 11 saat saya kelas 3 SMA semester 1. Dan itu menjadi bahan ejekan para sepupu dan bibi saya saat silaturahmi lebaran. Karena saat lebaran mereka datang kerumah orang tua saya untuk menengok kakek saya (kakek saya tinggal dengan ortu saya). Maklum, mereka walau sekolah di kabupaten tetapi selalu rangkin 3 besar.

Tapi sebelum saya melanglang buana, saya sempat balas ejekan mereka (he he he he dasar !). Saat nilai ujian nasional (dulu NEM) saya dapat nilai rata-rata 7 tanpa satupun angka kurang dari 6, sedangkan sepupu-sepupu saya (yang sering mengejek) tidak ada yang mendapatkan angka diatas 5, satu mata pelajaranpun tidak. Dulu saya mentertawakan dan mengejek seperti ini (maafkan saya ya…. -maklum dulu saya masih remaja-) “lebih baik ranking 30 tapi di divisi A (kelas utama – kayak di sepak bola) daripada juara tapi di divisi D (kelas teri)”.

Membandingkan pelajaran di SD saya dulu dan pelajaran di SD anak saya sekarang yang kebetulan bukan di Indonesia (di Italia), terasa pelajaran SD di Indonesia lebih berat (karena disampaikan dalam bentuk ceramah satu arah) dan lebih banyak (terutama) hafalan. Pelajaran SD disini (Italia) lebih sedikit (hafalannya) dan dikemas dalam bentuk cerita. Siswa juga selalu diminta menuliskan sebuah cerita, misalkan ilmu bumi, cerita tentang bumi kita dll. Pelajaran “seram” seperti matematika-pun dikemas dalam bentuk cerita, sehingga membuat siswa SD tidak takut dengan matematika.

Saat akhir program sekolah, di lembar laporan siswa (= rapor) tidak tertera ranking, sebab menurut guru-gurunya, ranking tidak memberi dampak positif bagi siswa. Juga tidak tertera angka, yang ditulis adalah mutu kemampuannya misalnya istimewa, baik sekali, baik, cukup, dan kurang. Disertai pantauan guru-gurunya yang berupa hal-hal yang harus ditingkatkan dan juga saran perbaikan.

Mudah-mudahan hari pendidikan tahun ini ada perubahan berarti di lingkungan pendidikan terutama dasar dan menengah. Sehingga diharapkan para siswanya sanggup menjadi pembangkit dan motor kemajuan Indonesia dikemudian hari.-antz-

No comments: