Beberapa hari yang lalu, saya mendapat kiriman buku-buku dan brosur dari Dompet Dhuafa (DD). Isinya sangat menggugah, dan memberikan sinar asa baru bagi bangsa
Saat kepemimpinan di
Ya, mereka tidak ingin melestarikan kemiskinan untuk komoditi politik, mereka ingin merubah para penerima zakat menjadi para pemberi zakat. Sebuah kata yang indah diucapkan, namun butuh kekuatan dan komitmen besar untuk mewujudkannya.
Mulanya Imran heran mengapa hanya di rumah makan
Ternyata memang nikmat makan sambil nonton televisi. Perut kenyang, matapun kenyang.
Tetapi dalam pemikiran Imran, televisi adalah kenyataan dalam makan siang di rumah makan
Televisi telah membuat kita jadi terbiasa menatap dan menerima berbagai kenyataan hanya sebagai tontonan. Tidak ada lagi yang harus dipersoalkan.
Seperti yang lainnya, dengan tenang Imran menyuapkan nasi dengan rendang kedalam mulutnya, sementara sesosok mayat dalam kantung plastik dipindahkan ke dalam peti mati.
Tiba-tiba kita tidak lagi harus terperangah menatap mayat, memandang pembunuh, pemerkosa, anak kecil yang disodomi, orang yang dibakar, penjahat yang ditembak, tawuran mahasiswa, korupsi, kemaksiatan, aparat yang
Bahkan semuanya hanya kita pandang seakan-akan bukan lagi sebagai peristiwa dan persoalan, tapi melulu hanyalah sebagai tontonan. Tontonan yang mengajak orang lain berpikir bahwa semua itu sudah biasa dan lumrah. Setiap orang diajak kebal dan mati rasa!
Mohon ampunan Mu ya Alloh, semoga kita bukan termasuk orang-orang yang kebal dan mati rasa. Amin.-antz-
No comments:
Post a Comment