Suatu hari pimpinan kantor menanyakan mengapa pada bagian Qwe jarang membuat laporan situasi. Entah untuk pembelaan diri atau hal lain, pejabat tersebut memberikan alasan bahwa dirinya sangat sibuk dengan berbagai kegiatan yang sangat mendesak sehingga membuat laporan menjadi sedikit terlupakan. Padahal membuat laporan adalah salah satu tugas pokok mengapa dirinya berada di kantor tersebut.
Sibuk, hampir selalu dilekatkan dengan pejabat, orang penting, tokoh atau orang terkenal. Orang kaya pun hampir selalu diidentikan juga dengan orang sibuk. Apakah memang demikian ?
Contoh : saat ramai pemberitaan tentang anak kurang gizi di Jakarta, setelah ditelusuri kasus tersebut terjadi karena kedua orang tuanya sibuk mencari nafkah sebagai pedagang di pasar, sehingga tidak sempat memperhatikan kesehatan anak balitanya apalagi membawanya ke puskesmas yang hanya berjarak 300 m dari rumahnya.
Jadi ternyata sibuk milik semua orang, baik orang kaya atau orang miskin, orang terkenal atau orang tidak dikenal, tokoh penting atau bukan tokoh dan tidak penting, dan sebagainya.
Dalam buku The One Minute Manajer®, Kenneth Blanchard dan Spencer Johnson mengatakan bahwa menejer yang efektif akan mempunyai banyak waktu sebab menejer yang efektif hanya memerlukan waktu sedikit saja (satu menit) untuk melakukan penetapan sasaran, melakukan pujian atau melakukan teguran.
Dalam buku Rich Dad Poor Dad® karya Robert T Kyosaki, disebutkan bahwa orang yang benar-benar kaya ternyata memiliki banyak waktu. Sedangkan orang-orang yang sepertinya kaya atau setengah kaya atau tidak kaya ternyata adalah orang yang paling sibuk.
Dapat diartikan bahwa sibuk identik dengan tidak efektif, sehingga tidak produktif yang berakibat penurunan pada pendapatan. Bila seseorang beralasan sibuk atas kealpaan terhadap tugas pokok, maka yang bersangkutan mendapat dua kesalahan yakni tidak bekerja dengan efektif dan beralasan untuk menghindar dari tugas pokok. **antz**
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment