Sunday, September 17, 2006

Sang Raja keseleo lidah

Setiap pemimpin harus terus mengasah ilmu pengetahuannya dan mengaktualkan diri dengan terus melebarkan wawasannya. Bila tidak, maka kejadian seorang pemimpin (yang katanya) besar bisa keseleo lidah dikarenakan kekurang-wawasannya.

Baru-baru ini Paus Benediktus XVI mengalami keseleo lidah karena wawasan sang Paus terhadap apa yang diucapkannya sangat kurang memadai, kalau tidak mau disebut tidak memadai.

Terlepas dari niat sang Paus untuk menyinggung atau tidak terhadap umat lain, yang jelas dengan adanya keseleo lidah yang fatal ini, respek dunia terhadapnya menjadi berkurang. Mengurangi rasa hormat dan penghargaan terhadapnya karena ketidak-bijakannya menyikapi isu-isu yang ada di sekelilingnya. Terlebih lagi isu yang sedang keruh.

Pemimpin sejati datang dengan kebijakan. Pemimpin yang dikondisikan (keadaan) datang dari pengkultusan. Pengkultusan bermuara pada hal-hal diluar diri pemimpin, dimana sesungguhnya sang pemimpinnya sendiri tidak mempunyai sikap kepemimpinan yang kuat. Akibatnya perintahnya, ucapannya, tindakannya sering tidak mencerminkan kebijakan dan kealamiahan.

Dalam buku-buku kepemimpinan, pemimpin adalah setiap individu dengan sikap kepemimpinan bukan atasan, komandan, panglima, ketua, direktur, kepala, presiden, menteri dan lain-lain jabatan formal. -antz-

2 comments:

Aris Heru Utomo said...

Anto kalau pidatonya Paus kali ini bukan keseleo lidah karena jelas-jelas terdapat dalam teks pidatonya, jadi bukan dalan kerangka di luar teks.
Salam
AHU

Sugianto said...

Betul mas, saya cuman gak enak aja kalau bilang keseleo pikiran. Kesannya gimana gitu.

Terima kasih dan salam
-Antz-