Friday, September 01, 2006

Tak ada makan siang gratis

Seusai rapat staf yang garing siang tadi, saya jadi teringat pepatah “tidak ada makan siang gratis”. Pepatah ini sering sekali terdengar bila ada ajakan untuk melakukan sesuatu yang membutuhkan pengorbanan. Ya, memang didunia ini tidak ada yang gratis, semuanya butuh sesuatu untuk ditukar sebagai harganya.

Ingin pandai, harganya adalah ketekunan belajar. Ingin kaya, harganya adalah kecerdasan dalam bekerja. Ingin mencapai puncak, harganya adalah pendakian. Dan banyak contoh lainnya.

Arti yang sama dalam pepatah lain yang tak kalah populer yaitu

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian
Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian

Untuk mencapai keberhasilan selalu membutuhkan perjuangan, betapaun kecilnya. Dan biasanya perjuangan ini membuat fisik dan mental “menderita”. Bila kita tidak mau membayar harga pengorbanan dan perjuangan tersebut maka kita hanya akan mendapatkan default-nya atau kondisi apa adanya alias gagal.

Istilah default dalam setting sebuah mesin adalah setting dari pabriknya, yang terjemahan dari bahasa Inggrisnya adalah kegagalan. Artinya bila kita gagal men-set mesin itu, tekanlah reset maka setting mesin kembali menjadi default, asli dari pabriknya.

Kondisi asli manusia adalah miskin, dibawah dan bodoh, ingat kan waktu lahir kita tidak membawa emas batangan, tidak bisa bicara sepatah katapun dan tentunya kalau tidak digendong kita akan jatuh.

Namun seringkali kita lupa bahwa semua keinginan kita tentu harus diperjuangkan dengan pengorbanan, bukan hanya diomongkan atau diimpikan saja.

Misalnya bila kita menginginkan rumah kita lebih nyaman dan indah, maka perlu dilakukan perbaikan. Masa-masa perbaikan adalah masa-masa tidak nyaman, kotor penuh debu, air kadang mampet, tidur tidak enak dan sebagainya. Tetapi kondisi seperti itu tidak akan selamanya. Setelah melewati masa-masa perbaikan, rumah kita akan menjadi nyaman dan indah. Terbayar sudah harga pengorbanan selama masa perbaikan.

Satu catatan saja, sabar dan iklas selama masa perbaikan rumah tersebut, selalu berpikir positif serta berorientasi solusi. Karena menggerutu, mengeluh, komplain, marah, ngambek tidak akan menyelesaikan masalah atau memperbaiki keadaan. Apalagi bila kita seorang pemimpin (entah pemimpin besar atau pemimpin lingkup kecil) ataupun kader pemimpin.

Sukses selalu !
-sugianto-

No comments: