Sunday, July 16, 2006

Membombardir dengan informasi

Setelah selesai melakukan tugasnya di Italia, Johan menyempatkan diri untuk melihat-lihat kota Roma yang konon menurut informasi yang ia dapatkan, sangat cantik. Sebelumnya Johan juga telah membaca buku “Petunjuk Wisata di Roma”, sehingga ia sedikitnya telah mengetahui beberapa objek wisata yang akan dikunjunginya.

Setelah melihat-lihat Basilica Santo Pietro, Castel Sant’ Angelo, Fontana di Trevi, Monumento Vittorio Emmanuelle II, Colosseo, Foro Romano dan Circo Massimo, Johan sangat kagum betapa dahsyat Italia membombardir calon wisatawan dengan informasi yang diciptakannya. Pasalnya Circo Massimo yang digambarkan sangat indah di buklet wisata, ternyata secara fisik hanyalah hamparan tanah kosong yang dipagari.



Jadi Johan dibawa ke tanah kosong tersebut dan diceritakan bahwa dulunya ditempat ini selalu diadakan adu menunggang kereta kuda seperti di film Ben Hur. Sebuah wisata “imajiner” ! Belum lagi mitos membuang uang di Fontana di Trevi yang katanya dapat membuat sang pelempar uang tersebut suatu suatu hari nanti dapat kembali lagi ke Italia, dimana dalam sehari uang yang dikumpulkan di kolam Trevi tersebut pernah mencapai € 300,-

Johan paham betul teknik perang informasi. Sehingga menciptakan informasi tertentu dan menyebarkan dengan tepat akan membuat orang-orang mempercayainya. Walaupun kenyataannya tidak terlalu hebat, tetapi bila dalam pikiran orang tersebut kehebatan sudah tertanam maka “pandangan” yang keluar adalah kehebatan seperti yang telah tertanam di pikirannya.

Lebih luas Johan juga melihat bahwa pandangan dunia telah disopiri oleh CNN, CNBC, Herald Tribun, Times dan lain sebagainya. Hampir tak menyisakan untuk “pandangan seperti apa adanya”. Televisi, koran, buku-buku dan internet telah menjadi senjata untuk mengukuhkan kepentingan.

Di tanah air, terlihat sekali bahwa televisi telah menjadi senjata ampuh untuk mengubah gaya hidup orang Indonesia. Saat televisi berlomba-lomba menayangkan acara mistik, maka sebagian besar rakyat Indonesia hidup dalam dunia gaib. Kemudian saat acara infotainmen membombardir pemirsa, maka sebagian besar rakyat Indonesia hidup dalam dunia sinetron.

Dalam perjalanan pulang di pesawat, Johan mulai merancang untuk menciptakan informasi dan menyebarkannya dengan tepat sehingga diharapkan dapat membuat organisasinya terus eksis dalam setiap perubahan. ***antz***

No comments: