Thursday, July 27, 2006

Sertifikasi kompetensi

Setelah dipersilahkan untuk bertanya oleh moderator Romi Sukaryo, dalam seminar imajiner, beberapa peserta mengacungkan tangan untuk bertanya.

Kriptografer dari Torino, Batista Hasibuan, menanyakan mengapa perlu secara periodik dilakukan sertifikasi ulang bagi profesional kripto.

Dadang Made Sitanggang, pembicara kedua, mencontohkan bahwa pada kenyataannya seorang kriptografer yang lulus akademi tahun 1991 bila tidak melakukan pembelajaran sendiri secara terus-menerus pasti secara keilmuan akan jauh tertinggal dari mereka yang lulus tahun 2004. Kemudian lanjut Dadang, bahwa sesungguhnya bukan sertifikasi ulang profesional kripto, tetapi yang dimaksud adalah sertifikasi kompetensi, semacam pendidikan dan pelatihan penjenjangan yang terorganisir.

Lebih lanjut Dadang menjelaskan bahwa pendidikan dan pelatihan penjejangan akan memberikan arah yang jelas bagi para kriptografer dalam meningkatkan kompetensinya, disamping tentunya perlu melakukan pembelajaran sendiri secara terus-menerus. Bila pendidikan dan pelatihan penjenjangan tersebut tidak diorganisir, maka kompetensi kriptografer dalam satu tingkatan kriptografer menjadi tidak dapat diukur. Tingkatan kriptografer menjadi tidak mencerminkan kompetensi dari kriptografer, karena akan tergantung dari pembelajaran secara mandiri individu tersebut.

Penanya kedua, Randy Macapagal, seorang kriptografer dari Sicilia menyatakan bahwa walaupun seorang kriptografer telah melakukan pembelajaran secara mandiri sehingga memiliki kompetensi yang lebih baik, akan tetap dihargai “segini” saja. Jadi buat apa bersusah payah melakukan pembelajaran kalau hasilnya sama saja dengan yang cuek.

Pernyataan Randi didukung oleh Orton Sukesah, kriptografer dari Trieste, yang menyatakan bahwa dirinya sebentar lagi akan pensiun, jadi buat apa bersusah payah meningkatkan kompetensi, toh tidak banyak gunanya. “Saya sudah hampir pensiun juga gini-gini saja” timpalnya.

Moderator Romi Sukaryo merasa perlu menjelaskan bahwa yang dimaksud “segini saja” oleh Randi Macapagal dan Orton Sukesah adalah kriptografer yang bekerja di Kementerian Antar Negara (Kemane). Yang mana para kriptografer yang bekerja di Kemane merupakan para petugas kripto yang saat ini statusnya adalah staf non diplomatik, sehingga tidak memungkinkan peningkatan karir di jenjang struktural lebih tinggi.

Menanggapi pernyataan itu Dadang, direktur Sekolah Tinggi Kriptologi Bandung, hanya tersenyum. Sebagai seorang pakar pendidikan, Dadang paham betul bahwa pendidikan dan pelatihan hanya dapat berguna bila ada semangat belajar “dari dalam” diri seseorang. Pendidikan dan pelatihan tidak dapat dipaksakan dari luar, seperti halnya semangat untuk maju.

Setelah terdiam beberapa saat Dadang menanggapi bahwa angin perubahan kadang bertiup kearah yang tidak terduga. Yang dapat kita lakukan hanyalah mempersiapkan diri bila sewaktu-waktu angin perubahan menyapa kita.

Sebelum berpindah ke penanya berikutnya, Dadangpun mengutip sebuah filosofi “what you think is what you get”, usahakan setiap hari berpikir positif agar mendapatkan hasil yang positif. ***antz***

No comments: